Thursday, July 17, 2014

Greatest letter ever sent home from school


Ada teman post surat ini di FB, dan saya langsung jatuh cinta sama Barrowford Primary School :D Berharap nanti bisa nemu sekolah macam ini buat Ara (khayalnya sih punya sekolah sendiri haha). Dari surat ini kelihatan banget kalau sekolahnya menghargai keunikan tiap siswanya, dan benar-benar memupuk kesadaran siswa dan orang tua bahwa nilai itu bukan segalanya, bahwa hasil tes itu hanya mencerminkan sekelumit diri anak. Baru kali ini saya lihat sekolah memikirkan sampai sejauh ini efek laporan hasil tes (semacam ujian nasional ya tampaknya) dan akhirnya terdorong untuk membuat surat ini. 




Biasanya, apalagi lagi masa-masa kenaikan tingkat dan ujian sekolah, pertanyaan paling sering ditanya ke anak/ orang tua mungkin "dapat rangking berapa di sekolah? gimana nilainya bagus ga?" Kadang saya pun nanya ini ke anak teman, ponakan, atau sepupu saya yang lebih muda. Tampaknya pertanyaan biasa saja ya, hanya basa-basi, tapi kemudian diingatkan oleh tulisan Pati Frozeto Sesapian, kakak dari  seorang teman saya, bahwa pertanyaan ini bisa masuk kategori 'caution' alias hati-hati dampak negatif. Iya kalau yang ditanya dapat rangking yang bagus, mereka bisa jawab dengan semangat dan ceria, kita yang nanya pun dapat berespon dengan mudah "wah hebat! pintar ya.. terus rajin belajar ya".  Tapi misal mereka jawab "aku ga dapat rangking tante, aku kan ga pintar" nah loh! Salah tingkah deh yang ada. Mau basa basi malah salah-salah kita buat anak orang jadi rendah diri, padahal kita nemenin belajar atau bantu buat tugasnya juga ga tuh hehe... Bayangin deh kalau tiap hari mereka ketemu banyak orang yang nanya ini, konsep diri mereka jadi bagaimana ya? Akan wajar pula jadinya jika mereka mikir bahwa nilai itu yang terpenting, bahwa nilai itu yang buat kita diperhatikan dan dapat pujian, karena budaya di sekitarnya menekankan itu.  

Ada satu konsep menarik yang dibilang sama Pati, tentang pedang yang tajam dan gagang yang kokoh. Katanya "Ibarat sebuah pedang, umumnya orang-orang Indonesia dalam mendidik anaknya cenderung pada mengasah mata pedangnya agar menjadi lebih tajam…dan tajam. Pokoknya, yang penting tajam! Tapi mereka lupa..bahwa sebuah pedang yang tajam, membutuhkan gagang  yang kokoh. Percuma bila memiliki pedang  yang tajam tapi akhirnya pedang itu melukai orang lain bahkan melukai dirinya sendiri."  


Yang saya tangkap dari tulisan Pati, pedang tajam tanpa gagang kokoh itu ibarat orang yang punya kecerdasan tinggi tapi karakter dan sikapnya tidak dibangun secara positif. Jadi terus yang ada, orang itu bisa (1) manfaatin kelebihan yang dia punya untuk manipulasi situasi dan orang lain supaya meng-gol-kan apa yang ia mau a.k.a tujuan menghalalkan segala cara (lihat aja tuh kasus korupsi merajalela, pemalsuan sertifikat pendidikan, mahasiswa plagiat, dll), bisa juga (2) menyimpan semua kepintaran untuk dirinya sendiri, sangat takut buat bagi-bagi ilmu karena takut tersaingi..padahal memang bisa kita ngelakuin semua sendiri? 

Tulisan ini buat saya berpikir juga, selama ini saya kira saya sudah tidak lagi terjebak dalam pemikiran nilai itu segalanya. Nyatanya, dengan pertanyaan "rangking berapa?" yang saya tanyakan itu, saya masih ikutan mereka-mereka yang 'mengasah mata pedang tanpa mengokohkan gagangnya'. Well, I should've known better right, with my educational and psychology background?  

Apalagiii.. saya pun mengalami sendiri bahwa nilai tinggi, rangking, dan gelar cum laude itu nantinya bukan hal luar biasa di dunia nyata. Memang sih membuka peluang, tapi bukan segalanya. Bisa dibilang, saya ini termasuk orang yang dapat cap 'pintar' dari teman-teman, karena dari SD sampai kuliah memang hampir selalu dapat rangking. Tapi kalau lihat sekarang, banyak teman-teman yang sukses dan punya prestasi nyata adalah mereka yang dulu terbilang 'biasa-biasa' saja di sekolah. Kenapa biasa-biasa saja? Ya karena ukuran 'pintar' dan 'prestasi' di (kebanyakan) sekolah adalah nilai dan rangking. Bukan kreativitas yang menginsiprasi desain atau ide bisnis atau tulisan, bukan kepedulian yang mendorong jadi relawan ke daerah bencana, bukan keterampilan main alat musik atau olahraga, bukan ketelatenan merawat binatang atau tanaman, bukan keingintahuan yang buat siswa ingin travelling atau mempertanyakan statusquo. Teman saya yang 'biasa-biasa' ini, ternyata sekarang banyak yang lebih bersinar, tentu di bidangnya masing-masing.  

Pertanyaan 'rangking berapa?' atau 'dapat nilai berapa?' juga menyiratkan kalau kita tuh cuma peduli sama hasil akhir, tanpa lihat prosesnya. Secara terus-terusan, motivasi anak belajar nantinya 'cuma' untuk dapat nilai yang tinggi dan terlihat pintar (performace goal oriented), bukan untuk mengasah keterampilan dan mengembangkan diri (mastery goal oriented). Outputnya nanti cuma anak yang pintar hapal, tapi bingung cara aplikasi ilmunya dan bingung kalau harus cari solusi masalah dunia nyata. Ah saya jadi teringat film Three Idiots <buat yang belum nonton, wajib nonton! Salah satu film pendidikan favorit saya sepanjang masa selain Ron Clarks' Story>. Di film itu, keliatan banget bedanya kesuksesan orang yang orientasinya 'penguasaan' vs 'penampilan'.

Nah terus kalau ga boleh nanya rangking, bolehnya nanya apa? Ya tanya aja soal pelajaran favoritnya, cita-citanya, teman-temannya, ekskulnya, gurunya, hobinya, aktivitas liburannya, permainan yang disukai, dll. 

Masih seputar apa arti 'pintar'. Pernah dengar Erica Goldson? Ia adalah lulusan terbaik (valedictorian) di Coxsackie-Athens High School tahun 2010, yang pidatonya 'mengguncang' semua yang hadir dan lalu menjadi viral di media lantaran dia bilang bahwa menjadi lulusan terbaik itu sama dengan menjadi 'budak' terbaik. Ini kutipannya:
       
"I am graduating. I should look at this as a positive experience, especially being at the top of my class. However, in retrospect, I cannot say that I am any more intelligent than my peers. I can attest that I am only the best at doing what I am told and working the system. Yet, here I stand, and I am supposed to be proud that I have completed this period of indoctrination. I will leave in the fall to go on to the next phase expected of me, in order to receive a paper document that certifies that I am capable of work. But I contest that I am a human being, a thinker, an adventurer – not a worker. A worker is someone who is trapped within repetition – a slave of the system set up before him. But now, I have successfully shown that I was the best slave. I did what I was told to the extreme. While others sat in class and doodled to later become great artists, I sat in class to take notes and become a great test-taker. While others would come to class without their homework done because they were reading about an interest of theirs, I never missed an assignment. While others were creating music and writing lyrics, I decided to do extra credit, even though I never needed it. So, I wonder, why did I even want this position? Sure, I earned it, but what will come of it? When I leave educational institutionalism, will I be successful or forever lost? I have no clue about what I want to do with my life; I have no interests because I saw every subject of study as work, and I excelled at every subject just for the purpose of excelling, not learning. And quite frankly, now I'm scared." 

Dahsyat banget ya... pidato lengkapnya bisa dibaca disini. 
http://americaviaerica.blogspot.com/2010/07/coxsackie-athens-valedictorian-speech.html

Pernyataan Erica itu mirip komentar om saya. Dia bilang, "kalau mahasiswa pintar, lulus dengan IP tinggi, biasanya gampang dapat kerja dan cepat dipromosiin, jadi karyawan sukses dan punya jabatan tinggi di perusahaan. Tapi mahasiswa 'goblog', karena ditolak kerja dimana-mana, malah harus kreatif cari solusi dan akhirnya bangun bisnis sendiri, akhirnya justru jadi lebih sukses dan jadi bos nya si mahasiswa-mahasiswa pinter tadi!"  

Apa yang dibilang sama om saya itu akan terdengar miris, kalau kita masih terpatok sama pemikiran gaya lama soal apa arti pintar. Padahal seperti yang tertulis di akhir surat dari Barrowford School itu "remember that there are many ways of being smart"  atau yang dikenal luas dengan istilah multiple intelligence (kecerdasan majemuk).


Howard Gardner yang mencetuskan teori ini berhasil membuka paradigma baru tentang apa arti kecerdasan, yang rasa-rasanya membuat banyak orang tua dan anak lega "oh ternyata (anak) saya juga pintar loh!" Jangan sampai anak-anak kita sepanjang tumbuh kembangnya merasa bahwa ia tidak berharga karena tidak 'pintar', seperti kata gambar di atas itu.

8 tipe kecerdasan menurut Howard Gardner:

Link Kecerdasan musikal
Link Kecerdasan visual spasial
Link Kecerdasan linguistik
Link Kecerdasan logika matematis
Link Kecerdasan kinestetik
Link Kecerdasan interpersonal
Link Kecerdasan intrapersonal
Link Kecerdasan naturalistik

Penjelasan soal kecerdasan majemuk ini terlalu panjang kalau saya tulis di sini, jadi langsung klik dan baca sendiri aja oke? :) Link itu menurut saya bagus banget, karena untuk tiap tipe kecerdasan dijelasin apa arti dan ciri-cirinya, aktivitas dan material/ mainan yang cocok untuk ngasahnya, dan gimana cara manfaatin tiap kecerdasan itu di proses belajar.

Intinya sih, tiap anak punya potensi setiap kecerdasan, namun dalam jumlah dan tingkat yang berbeda-beda. Kombinasi kedelapan kecerdasan inilah yang buat anak unik. PR buat orang tua, kita harus usaha buat cari tahu kecerdasan dominan anak tuh yang mana. Kenapa? Karena anak bisa, dan akan, belajar lebih mudah dan lebih cepat, kalau diajarkan dengan cara yang memang sesuai diri mereka. Kecerdasan majemuk ini bisa kita anggap seperti gaya belajar, media untuk anak belajar berbagai hal (dari konsep dasar di usia dini sampai nanti belajar matematika, biologi, geografi, dll secara formal di sekolah).

Contoh, Ara tipe kinestetik dan musikal, jadi kalau mau ngajarin Ara tentang anggota tubuh, akan lebih efektif pakai gerakan dan lagu "kepala...pundak lutut kaki lutut kaki" atau "dua mata saya..hidung saya satu..."  daripada cuma lihat dan tunjuk-tunjuk gambar yang untuk anak visual spasial sudah cukup. Contoh lain, mau ngajarin konsep jauh-dekat. Buat anak yang dominan linguistik, kalimat penjelasan "dekat itu kalau jaraknya bisa ditempuh cepat, jauh itu kalau kita butuh waktu lama untuk sampai ke sana" bisa jadi sudah cukup untuk buat dia paham. Tapi untuk anak kinestetik, akan lebih mudah kalau dia diajak ikutan gerak. Dekat itu waktu dia diajak jalan dari rumah ke ujung jalan, jauh itu waktu dia diajak jalan dari rumah ke taman.

Berhubung Ara masih kecil, saya belum terlalu mau melabel dia secara saklek bahwa dia itu dominan di kecerdasan tertentu. Walau dari observasi sehari-hari sudah mulai keliatan, tapi fokus saya masih lebih pada stimulasi semua tipe kecerdasan ini melalui kegiatan yang variatif.

So let's keep in mind what Gardner says....
"It's not how smart you are, it's how you are smart."

















Monday, July 14, 2014

Anakku susah makan!

Mau share ah soal anak yang susah makan....

Makanan dilepeh? Mulut mingkem? Makanan diemut lama? Porsi makan sedikit?
Hmmm.. ini masalah yang sering saya alami sejak Ara 10.5 bulan. Padahal waktu awal-awal mpasi bisa dibilang lancar..doyan segala macam makanan. Eh terus jadi angot-angotan. Berat badannya pun jadi stuck. Sampai dia umur 13 bulanan bisa dibilang ga naik, berkisar di 9kg. Padahal dari baca-baca, katanya usia 1 tahun minimal 3x berat badan lahir (Ara lahir 3,5 kg).

Sempet bingunggg banget, karena tiap jam makan yang ada sayanya yang frustrasi. Sudah coba variasi makanan, tetap aja rasanya si Ara malas makan. Sebenarnya sih mau makannya mau, jenis makanan yang Ara makan udah banyak. Karbohidratnya bisa nasi, oatmeal, kentang, jagung, bihun, misoa. Proteinnya bisa ayam, daging, lele, salmon, kakap, ikan dori, ati ayam, tahu, tempe. Sayur pun dia doyan, brokoli, buncis, labu, bayam, wortel. Buah yang awalnya sulit, akhirnya lama-lama suka (pisang, alpukat, apel, pepaya, tomat, semangka, strawberry, pir, buah naga), terutama kalau di jus.

Masalahnya Ara itu lebih ke porsi makan. Dalam sehari, bisa loh dia cuma makan 10 suap. Kadang sampai saya buatin 4-5 jenis makanan, dan bahkan saya tambahin garam (padahal harusnya sebelum 1 tahun no salt no sugar) tetap aja seperti ga ada nafsu makan. Dan ini berlangsung pernah sampai 1 minggu lebih. Akhirnya mulai itu mamanya 'ngalah' dengan nyetel televisi selama jam makan (karena saya pribadi lebih milih itu daripada makan sambil jalan-jalan). "Ara mau nonton tv? Hap dulu..." kalimat ini cukup efektif walaupun ga selalu mempan juga. Di teori pembentukan perilaku, ini namanya "Premack principle". Hal yang disenangi dijadikan reward untuk buat anak mau melakukan hal yang kurang disenangi. Banyak variasinya, contoh "Ara mau ikut mama jalan-jalan naik mobil? Beresin mainannya dulu ya, kalau sudah rapih baru kita pergi." Untuk anak yang sudah lebih besar, misalnya "Kakak mau bonus waktu main komputer 30 menit? Nanti di wiken kamu boleh main lebih lama, tapi pas wikdeys tiap bangun pagi kamu mesti beresin tempat tidur sendiri ya." 

Apa bedanya sama bribery? Buat saya, kalau bribery itu ketika kita kasih reward supaya anak mau melakukan hal yang sebenarnya kurang baik secara moral. Misalnya, "Dek, jangan bilang papa kalau tadi mama yang pecahin cangkir papa ya. Bilang aja tadi kesenggol sama si meong. Nanti mama beliin es krim deh. Ok?" Itu baru penyuapan. Kalau Premack principle, itu salah satu bentuk pembelajaran ke anak bahwa untuk dapat hak, harus ada usahanya dulu, kewajibannya harus selesai dulu. Sama seperti kerjaan orang dewasa. Mau dapat gaji? Ya kerja dulu. Untuk bentuk suatu perilaku positif, kadang anak memang butuh dorongan. Kadang kita pun lebih termotivasi kerja kalau tau ada hadiah atau penghargaannya kan? Sifat dasar manusia, kita cenderung akan mengulangi suatu perbuatan kalau itu berdampak positif atau ada untungnya bagi kita. Soal pembentukan perilaku dan disiplin anak usia dini akan saya bahas lebih detail di post yang lain ya..

Balik ke soal makan. Akhirnya saya konsul ke dokter gizi Prof. Dr. Damayanti, di RSIA Hermina Jatinegara. Setelah saya cerita soal Ara, ini saran-saran yang beliau kasih.

Tetapkan batas waktu dan jadwal makan
Batasi waktu makan hanya 30 menit, habis ataupun tidak habis. Tidak perlu dipaksa makan, tawarkan aja dan dekatkan makanan ke anak. Kalau dalam 30 menit ga mau makan, stop dan bereskan piringnya. Kalau sudah 30 menit Ara masih mau makan pun, tetap di stop. Buat jadwal makan yang teratur. Ini jadwal yang beliau buatin untuk Ara :
    • 06.00 ASI
    • 08.00 makan pagi
    • 10.00 snack
    • 12.00 makan siang
    • 14.00 ASI 
    • 16.00 snack
    • 18.00 makan malam
    • 20.00 ASI
Kalau misalnya Ara nolak makan di jadwal makannya, saya ga boleh kasih dia makan lagi sampai di jam makan berikutnya. Misal Ara ga mau makan pagi, berarti ya dia baru akan makan lagi jam 10.00, dan itupun makannya tetap snack, bukan makan yang disiapin untuk makan pagi tadi. Seandainya Ara lagi tidur di waktu makan, bangunkan aja. Kata beliau, lebih baik siang tidurnya sedikit tapi malam lelap dan ga kebangun-bangun, karena saat itulah (terutama jam 11 mala-2 dini hari) hormon pertumbuhan bekerja. 

Anak lebih perlu karbo, protein dan lemak
Pas saya cerita kalau Ara suka sayur dan kadang lebih milih sayur daripada daging, dokter Damayanti bilang "suka sayur dan buah itu bagus, tapi anak-anak itu lebih butuh karbohidrat, protein, dan lemak karena masih masa pertumbuhan. Jadi jangan terlalu senang lihat anak kecil hobi makan sayur buah, mesti lihat juga kebutuhannya. Jangan disamakan dengan orang dewasa yang memang perlu jaga kolesterol dan asam urat."

Untuk kasus seperti Ara yang porsi makannya sedikit, bisa diakali dengan tambah lemak ke dalam makanan. Jadi boleh banget anak dikasih makanan bersantan atau berminyak (tapi Ara kalau gorengan harus goreng sendiri, beberapa kali beli makanan gorengan di luar langsung batuk-batuk. Oke juga nih alarm tubuhnya dia hehe). Seandainya Ara ga alergi susu sapi, makanan yang banyak kandungan susu atau keju juga oke. Pilih snacknya juga yang agak berat seperti kroket atau arem-arem. Oia, kata dokternya, sekecil Ara pun sudah boleh loh dikasih pedas kalau anaknya mau, siapa tau malah lebih lahap (tapi ternyata Ara ga doyan pedes sih, dikasih lada aja ga mau dia). 

Konsisten
Kalau sampai anak masih ga mau makan berhari-hari, tetap aja konsisten dengan aturan makannya karena anak perlu belajar tentang konsep lapar. Pada dasarnya anak ga akan kok membuat dirinya kelaparan. Ga perlu juga sampai buat 4-5 macam jenis makanan dalam satu hari. Anak juga perlu belajar untuk menghargai apa yang sudah disiapkan, supaya tidak sia-siakan makanan dan mamanya pun ga cuma direpotkan dengan urusan makanan. "Eat or starve" istilah salah satu teman saya yang dia terapin ke anaknya.

Selain konsul ke Dr. Damayanti, saya juga browsing tentang anak yang susah makan dan sharing sama beberapa teman. Ini beberapa hal yang saya pelajari.

Meal time = fun time!
Intinya, buat waktu makan itu waktu yang menyenangkan. Jangan suka paksa anak makan, kalau ga mau ya sudah. Ini penting supaya anak melihat waktu makan itu secara positif, bukan negatif. Pernah ada teman cerita, keponakannya (2 tahun) jadi ga mau makan sama sekali karena sering dipaksa. Jadi si anak ini hanya minum susu dan jus aja selama berbulan-bulan. Walah, malah tambah repot ya kalau sampai gini. 

Ingat kalau kebutuhan anak berbeda dengan kita
Ajari anak tentang konsep lapar dan kenyang. Ketika dia minta makan, bilang kalau itu artinya dia lapar dan tubuh perlu asupan supaya bisa berenergi lagi. Nah, kalau anak sudah bilang kenyang (atau kasih tau dengan bahasa tubuhnya), hargai itu. Seringkali, orang dewasa bilang "kok makannya sedikit sih? Memangnya kenyang?" padahal mungkin bagi anak itu sudah cukup.  Kalau kita maksa anak untuk ikuti mau kita, kita malah jadi ajari anak untuk tidak percaya/ cuek dengan sinyal tubuhnya sendiri. Padahal ternyata itu bagian dari regulasi diri loh. Jadi lebih baik ambil makan dikit demi sedikit, kalau habis dan masih mau baru tambah lagi. Ada satu perkataan teman saya yang buat mikir, intinya begini "anak kecil tuh kasian banget. waktu kecil disuruh makan banyak. Kalau makan banyak ditepokin, orang tua senang kalau anak makan lahap dan gemes kalau anak chubby. Tapi nanti kalau sudah gede, anak doyan makan malah disuruh ngerem, dibilang gendut. Padahal dulu siapa juga yang nyuruh makan banyak?" hm.. ya benar juga ya?

Anak punya selera sendiri
Untuk menu baru, buat aturan 'coba harus, suka tidak suka pilihan'. Ara tuh beberapa kali nolak makan di awal, eh giliran saya berhasil buat dia nyoba satu suap malah minta lagi hehe.. Seringkali, penolakan anak untuk cicip menu baru itu ternyata karena takut dipaksa habiskan. Ingat kalau apa yang buat kita enak belum tentu sesuai sama selera anak. Oia, bisa jadi GTM (gerakan tutup mulut)-nya si anak itu karena dia mau naik tesktur, bosan sama makanan lembut terus. Apalagi kalau sudah tumbuh gigi (Ara itu mulai tumbuh waktu usia 4.5 bulan, 1 tahun sudah ada 10, sekarang 17bulan sudah ada 16). Ara makan nasi tim dari umur 8 bulan, 11 bulan mulai makan nasi biasa walau masih sering dicampur kuah supaya agak lembut.  

Makan bersama 
Katanya, anak akan lebih semangat makannya kalau waktu makan dijadikan waktu bersama keluarga. Duduk satu meja sama-sama, dan kasih anak pegang alat makannya sendiri (bahkan kadang maunya pakai peralatan makan punya mama papanya ya gpp). Apalagi kalau makanannya sama dengan apa yang dimakan mama papanya, berasa jadi anak besar dia hehe. Sejak 1 tahun Ara sudah makan menu keluarga sesuai apa yang saya makan. Kalau soal cara makan, Ara sampai sekarang sih masih saya suapin, tapi saya selalu sediain satu piring isi makanan yang bisa dia ambil / sendok sendiri. Berantakan? Pasti. Kadang juga dia sengaja lempar makanan atau tumpahin minuman ke lantai, seru buat dia. Elus elus dada aja deh kalau lagi begitu. Kalau ga mau terlalu repot bersihin, bisa pasang koran di bawah kursi makannya.

Ajak anak belanja dan lihat proses masak
Nah kalau yang ini memang sudah saya lakukan. Supaya Ara lebih suka sama makanan, saya suka ajak dia belanja ke supermarket atau pasar, pilih-pilih bahan makanannya, dan lihat proses buatnya. Ajak ke dapur, lihat pas lagi potong-potong terus digoreng atau direbus. Kadang boleh lah dia ikut aduk-aduk. Teman saya bahkan selalu ceritain ke anaknya apa sih yang dia makan, cara buatnya seperti apa dan kandungannya apa. Kata dia, anak itu seperti konsumen dan kita itu seller, dia berhak tahu apa yang dia konsumsi. Kasih lihat ke anak bahwa makanan yang kita kasih itu enak, hiperbolis sedikit gpp lah. Ini juga artinya, apa yang kita kasih ke anak dan kita mau anak makan, ya kita juga harus mau. Mau anak doyan sayur? Ya kita juga harus contohin perilaku makan sayur. 

Variasi jenis dan bentuk makanan
Supaya anak ga cepat bosan, teman saya kasih saran untuk kasih menu yang berbeda untuk makan pagi-siang-malam dibedakan. Jadi ada hari-hari tertentu untuk masak, buat sekalian beberapa jenis makanan. Misal nih masak 3 macam: semur, lodeh, dan sop buntut. Kalau dulu, saya akan kasih semur untuk makan pagi-siang-malam di hari yang sama, baru besok ganti menu. Tapi kalau sekarang saya selang-seling.  Pagi semur, siang lodeh, malam sop buntut. Cara lain juga bisa variasi bentuk makanan pakai cetakan, supaya lebih lucu dan menarik buat anak. 

Saya coba olah semua informasi itu dan dipraktekkan, dan ternyata lumayan berhasil! Saya ga gitu saklek dengan jadwal makannya sih, kadang lewat atau maju dari jadwal. Apalagi sekarang jadwal tidur Ara lagi bergeser, dan kadang saya yang butuh 'me time' untuk kerja pas dia tidur (jadi sengaja ga saya bangunin x_x). Tapi untuk batas waktu makan 30 menit itu saya benar-benar konsisten. Sekarang Ara tau kalau memang dia ga mau makan di waktu makan, ya harus nunggu waktu makan berikutnya. Saya juga sudah ga terlalu frustrasi lagi kalau Ara ga mau makan, percaya bahwa Ara tahu kebutuhan tubuhnya sendiri. Alhamdulillah berat badannya sudah mulai merayap naik. Sekarang di usia 17 bulan, 4 bulan setelah konsul ke Dr. Damayanti, berat Ara sekitar 10 - 10.5 kg. Kata dokter anaknya Ara (Dr. Herbowo Soetomenggolo, RSIA Hermina Jatinegara), normal untuk anak di atas 1 th kalau kenaikan per bulannya 250-300 gr. Anak seumur ini memang lebih fokus eksplorasi dunia sekelilingnya, sehingga kadang memang keasikan main dan menganggap makan itu aktivitas yang 'menganggu' waktu bermain. 

Rindu sih pipi tembemnya Ara, sekarang dia sekilas memang tampak kurus. Tapi saya coba fokus sama positifnya saja. Pesan penting dari dokternya, selama tumbuh kembang anak baik dan sesuai tahap perkembangan, terus anaknya aktif dan sehat, jangan terlalu khawatir dengan berat badan ^^     




  



Thursday, July 3, 2014

Dunia bermain Ara part 1: Play is the true work of childhood

“Ra..main yuk!” “Hari ini Ara mau main apa?”

Selain I love you, kalimat ini mungkin yang paling sering saya bilang ke Ara, karena buat saya dunia anak-anak itu ya dunia ceria yang harus diisi dengan bermain. Yang namanya main, berarti kegiatannya dilakuin tanpa ada paksaan dan harus buat senang. Anak ’cuma’ goyang-goyangin badan atau lari-larian ga tentu arah, tapi kalau dia asyik dan nikmati, itu bisa kita bilang lagi main. Seru kalau liat Ara diajak main kitik-kitik atau kejar-kejaran aja bisa ngekeh-ngekeh banget :D Mau permainan spontan (tanpa tuntutan, tanpa aturan, anak pilih dan kembangin sendiri aktivitasnya) atau permainan terstruktur (ada tujuan khusus, perencanaan, dan bimbingan orang dewasa), keduanya sama-sama penting dan sebisa mungkin seimbang porsinya.

Kalau orang dewasa, main itu kan biasanya buat ngisi waktu luang, nyantai, refreshing, dan bantu ngilangin stres ya. Tapi kalau anak, main itu punya manfaat lebih, karena juga ngaruh ke tumbuh kembangnya. Lewat bermain, anak belajar tentang dunia sekelilingnya. Lewat bermain, anak bisa ngembangin kemampuan motorik, bahasa, kognitif, sosial emosional, dan kreativitasnya. Bahkan main itu juga bisa ada hubungannya sama kesiapan sekolah loh.

Nah tapi ada hal-hal yang perlu diperhatiin nih kalau mau buat kegiatan bermain untuk anak:

1. Pilih permainan sesuai usia/ tahap perkembangan (age / developmentally appropriate).  Kita ini beruntung banget hidup di jaman internet, tinggal googling aja “permainan untuk anak usia X bulan/ tahun” atau “activities for toddler”  muncul deh banyaaaakk banget pilihan kegiatan yang bisa jadi ide untuk stimulasi dan pengisi waktu hari-hari anak.

2. Lihat juga perkembangan anak kita, karena pastinya beda-beda. Mungkin ada anak yang 4-5 bulan udah bisa duduk sendiri, jadi bisa dikasih kegiatan yang biasanya untuk anak di atas 6 bulan. Atau sebaliknya, anak 14 bulan tapi belum bisa jalan, ya sebaiknya sih nunda dulu permainan yang nuntut anak gerak kesana kemari. Kalau kita maksa anak ngelakuin permainan yang di atas kemampuannya, bisa jadi anak malah ngerasa rendah diri. Tapi kalau terlalu gampang, anak juga bisa bosen dan malah frustrasi karena kurang tantangan. Jadi ya pinter-pinter mama papa dan pengasuhnya untuk ngamatin anak.

3. Tahan diri biar ga dominasi anak. Saya juga masih belajar nih biar ga sering-sering ngatur Ara. Dia tuh seringnya kan mau coba-coba sendiri. Kadang ga bisa, tapi dibantuin juga ga mau. Trus kalau ga bisa bakal dilempar atau diacak-acak atau ditinggal aja gitu tuh mainan, plus ngerengek hihihi... Tapi ya mau gimana kan?  Saya cuma bisa nunjukin Ara cara mainnya gimana, kasih tunjuk berulang-ulang, dan nenangin dia. Kalau dia mulai keliatan frustrasi, saya bilang ”Ara mau dibantuin ga? Gpp lho Ra kalau belum bisa sendiri, kan belajar. Ga harus langsung bisa. Coba lagi aja yuk!” Kadang dia mau coba lagi, kadang ga mau. Kalau dah gitu ya saya simpen lagi aja mainannya, beberapa jam atau besoknya baru coba kasih lagi.

4. Lihat daya tahan, mood,  dan atensi anak. Kalau kayaknya anak sudah capek atau lagi ga mood mainin mainan yang kita rencanain, dan lebih pilih main lainnya, ya biarin aja. Trus jangan ngarepin anak bisa merhatiin lama-lama. Jangan gampang kasih label anak ’hiperaktif’. Itungan kasarnya, rentang perhatian (attention span) anak itu, minimal setara dengan 3-5x usia anak. Jadi anak 1 tahun kita bisa expect dia untuk fokus (tanpa jeda) selama 3-5 menit, anak 2 tahun selama 6-10 menit, dst.  

5. Kasih semangat, tepuk tangan, dan pujian kalau anak bisa ngelakuin suatu permainan sesuai tujuannya. Ara girang banget kalau ditepukin, kadang malah dia yang minta :D Kalaupun masih salah, puji usahanya karena mau coba. Jadi kita ga cuma hargai hasil, tapi juga proses belajarnya. Penting nih buat ngembangin kecerdasan emosinya, biar dia belajar bahwa gpp loh ga selalu berhasil, lebih penting untuk belajar coping kegagalan dan ga cepet nyerah.   

Di post ini saya mau share ya tentang beberapa kegiatan / permainan Ara sejak dia lahir sampai 1.5 tahun

Pandang-pandangan
Katanya nih, bayi itu terlahir dengan kesenangan untuk mengamati wajah daripada benda-benda, dan ini penting untuk belajar tentang hubungan sosial. Kalau anak terbiasa liat wajah penuh cinta, dia juga akan bangun perasaan positif ke orang lain. Sebenarnya saya yakin sih kebanyakan orang tua secara instingtif pasti takjub dan memang suka mandangin anaknya, apalagi pas baru lahir hehe... Sekalian aja ajak dia main, gerakin kepala kita pelan-pelan ke kiri kanan trus liat deh diikutin ga ma dia. Iseng-iseng juga buat gerakan sederhana kayak buka mulut atau julurin lidah, she might surprise you when she does the tricks!



Pola Kontras
Selain wajah orang, bayi juga tertarik secara visual sama pinggiran benda dan gerakan benda. Bayi belajar pahami bagian-bagian apa aja dari pola yang dia liat, yang merupakan satu kesatuan. Apa buku bagian dari meja? Apa meja bagian dari lantai? Apa baju bagian dari tubuh? Apa tubuh bagian dari tembok?  Nah, buat bantu bayi ngembangin minatnya ini, pilih mainan dan hiasan kamar yang punya garis-garis tegas dan kontras warna yang jelas (hitam-putih-merah). Waktu Ara umur 2 mingguan, sampai sekitar 3 bulan, sering saya ajak main lihat pola kontras. Polanya saya unduh dari internet trus saya print deh. Kata kuncinya ”high contrast pattern for babies”.  Ada juga sih motif yang saya beli, bentuknya kain yang bisa dilipat-lipat dan diikat di box / digantung di dinding (lihat di gambar kotak kanan bawah). Sekitar 3 bulan, pas Ara jadi lebih tertarik sama benda-benda dan motif warna-warni, kainnya tinggal dibalik deh (ada gambar-gambar juga tapi warna-warni).


Tracking
Gerakan benda juga bisa jadi cara bayi untuk kenali hal sebagai satu kesatuan atau bukan. Buat latih Ara supaya bisa bedain figure & ground, saya sering goyangin macam-macam obyek di depannya, mulai dari bola, botol, bungkus makanan, boneka, kotak tissue, dll. Gerakin dari kiri ke kanan, atas ke bawah, atau gerakan memutar. Tracking ini juga bisa nguatin otot mata dan asah keserasian gerak kedua mata. Awalnya sih Ara ga bisa tracking sesuai gerakan saya, tapi lama-lama bisa kok, bahkan bendanya bakal coba-coba dia pegang/ ambil. Oia, coba goyang-goyangin benda sedikit di luar jangkauan bayi, biar ngedorong dia untuk raih dan semangat guling-guling.



Sensory play
Sekarang banyak banget kan yang jualan mainan model rattle/ kerincingan, atau play mat yang banyak obyek untuk sensory play (rangsang indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, perasa). Alhamdulillah waktu itu dapat kado ini dari temen jadi ga usah beli. Tapi sebenarnya ga perlu beli juga bisa sih, pakai benda sehari-hari aja semacam kunci rumah, botol isi air terus dikocok-kocok, kipas manual, remote tv, bungkus tissu, gelas didentingin pakai sendok, suara-suara yang kita buat sendiri,  lilin wangi, atau spons yang biasanya buat cuci piring tuh (yang ada tekstur lembut dan kasarnya). Permainan ini simpel dan fun, tapi bisa asah kemampuan diskriminasi sensorinya, latih Ara buat mikir sebab akibat (bahwa kalau  bunyi itu pasti ada sumber suaranya, atau apa yang kita lakuin -pencet atau goyang- bisa buat sesuatu terjadi), sambil juga ngenalin macam-macam real life objects. Makin gede, sensory play makin bisa variasi, kayak ubek-ubek mangkok diisi beras, aduk tepung dan telur, main pasir, lihat dan cium buah-buahan di kulkas, jalan di rumput atau batu, dll. Berhubung anak bayi itu sukanya pakai mulut kan ya buat eksplorasi (mouthing), pastiin aja mainan / barang yang kita kasih ke dia bersih, plus jangan terlalu kecil ukurannya biar ga keselek. Ga perlu terlalu khawatir kalau anak suka emut-emut, jangan terlalu dilarang. Di samping  karena bayi <2 tahun ini memang masih dalam fase oral, mulut itu pusat saraf yang bisa kasih informasi soal rasa, tekstur, dan ukuran.






Main boneka jari & pretend play boneka
Dari lahir sampai sekitar Ara 4 bulanan, biasanya sambil jemur Ara saya sekalian ajak main boneka jari. Ngoceh aja buat cerita asal untuk tiap tokoh boneka jari, kebetulan karakternya binatang semua. ”Hallo..saya Mister Cow, saya itu seekor sapi. Makannya rumput , tapi bisa ngeluarin susu. Susuku enak loh, tapi Ara belum minum susu sapi ya. Ara masih minum ASI, supaya sehat dan kuat!” Simpel, bisa untuk stimulasi pendengaran dan banyakin kosa kata. Ara juga bisa belajar intonasi bicara, yang nantinya ngaruh ke kemampuan komunikasinya. Buat variasi, boneka jarinya bisa diganti sama foto anggota keluarga, supaya lebih cepat akrab gitu, apalagi yang jarang ketemu. Kalau sekarang, Ara lagi tertarik main pura-pura pakai boneka, yang kasih tanda kemampuan berpikir simboliknya makin berkembang. Bonekanya dikasih makan minum, diajak bobo dan diselimutin, atau digendong dan dipeluk. Baru beberapa hari ini aja nih, sebelumnya ga terlalu suka.





Tummy time dan senam
Sebelum Ara bisa guling-guling sendiri, saya sediain waktu buat tummy time (ditelungkupin), untuk bantu kuatin otot-otot tubuhnya. Kadang-kadang ditelungkupinnya di atas guling, biar sekalian latian keseimbangan. Trus tiap abis mandi, Ara saya ajak senam. Lakuin gerak-gerak silang untuk rangsang koordinasi dan koneksi antara otak kiri dan otak kanan. Maksudnya gerak silang tuh kayak tangan kiri nepuk kaki kanan, atau angkat tangan kanan dan kaki kiri secara bersamaan, atau kayak gowes sepeda. Cek aja di youtube soal senam atau pijit bayi, sederhana kok gerakan-gerakannya. Pas Ara dah bisa guling-guling sendiri, ga bisa lagi deh diajak senam atau dipijit, dipakein popok sambil tiduran aja susah *.*



Jalan-jalan keliling rumah
Sebelum Ara bisa jalan, saya sering gendong dia keliling rumah sambil cerita tentang benda-benda yang diliat, bisa soal fungsinya, cara pakainya, warnanya, bentuknya, ukurannya, dll. Misalnya aja ”Ini namanya lampu ra. Laaaammm...puuuuu...buat penerangan. Kalau tombolnya dipencet (klik) bisa nyala, jadi terang deh. Kalau dipencet lagi (klik) bisa mati, jadi gelap deh.” Abis itu beberapa kali pencet nyala mati nyala mati, sambil pegang tangannya Ara ke tombolnya supaya dia lebih ngerti. Jalan lagi ke lemari baju. ”Nah, kalau ini lemari baju ra. Buat simpan baju-baju. Pintu lemarinya bisa dibuka dan ditutup loh. Bukaaaa.... (sambil buka).... tutuppppp (sambil tutup)”. Lanjut lagi deh ke yang lainnya. Buat alternatif, pas udah bisa duduk, dudukin di dalam kardus disangga bantal, trus kardusnya kasih tali, jalan-jalan deh keliling dari ruangan ke ruangan sambil jelasin lagi ”Ini kamar tidur, tempatnya Ara bobo... kalau ini dapur, tempatnya mama masak. Nah kalau ini kamar mandi, buat bersih-bersih kalau Ara abis pipis atau pup.”

Pas Ara bisa jalan dan duduk di mainan beroda tanpa jatuh, saya buatin maze ini. Jadi ceritanya semacam peta yang ngehubungin antara keempat pintu yang ada di rumah saya. Buat petanya ini dari lakban. Trus di tiap pintu, ditempel gambar bangunan yang ceritanya rumah Pondok Bambu (rumah saya), rumah Pondok Kelapa (rumah eyangnya), rumah Kelapa Gading (rumah oma opanya), dan kantor papanya. Di tiap rumah, ditempel foto tiap anggota keluarga yang tinggal di sana. Ara seneng banget mainan ini. Jalan-jalan sendiri dari satu pintu ke pintu lain (tapi belum bisa ikutin jalur, main terabas aja hehe). Dari permainan ini Ara nambah kosa kata dan bisa belajar konsep jauh-dekat, kanan-kiri, lurus, belok, tengah-tengah, jalan-jalan, berangkat dan sampai. Dia juga jadi hapal deh tempat tinggal sudara-saudaranya. Biar tambah seru, gabungin juga sama permainan lampu lalu lintas. Buat lingkaran dari karton, kalau hijau ’jalan’, kalau merah ’stop’.


  
Baca cerita
Tiap hari juga, saya atau papanya Ara pasti bacain buku ke Ara. Sekarang malah Ara bisa minta dan pilih sendiri buku yang dia mau baca. Ada satu buku yang dia suka banget, buku gajah dan bisa bersuara kalau dipencet, sampai akhirnya tuh buku jebol. Abis sekalinya baca bisa minta diulang sampai 3-4x! Saking seringnya, sekarang dia hapal jalan ceritanya dan bisa ikutan ngoceh. Buat Ara, buku yang saya kasih ke dia masih hard book atau buku kain, jadi ga gampang robek dan lebih gampang dia bolak balik sendiri halamannya. Pernah saya beliin buku biasa, sukses dilecekin dan dirobek-robek padahal baru aja dibeli. Hiks.



Musik
Di rumah, ga ada hari tanpa musik, mau mainan gitar, atau dengerin lagu dengerin CD atau nyanyi-nyanyi sendiri! She loves to dance and sing!  Biar lebih fun, nyanyinya sambil buat gerakan-gerakan. Kayak lagu ”kalau kau suka hati tepuk tangan prok prok..kalau kau suka hati injak bumi bum bum..kalau kau suka hati mari kita lakukan, kalau kau suka hati berputarlah..” Lagu lain yang asyik buat gerak macam ”kepala pundak lutut kaki”, ”potong bebek angsa”, ”topi saya bundar”, ”kupu-kupu yang lucu”, ”naik-naik ke puncak gunung”, ”naik becak”, dll dll. Sebenernya sih bisa aja semua dibuat gerakan yah ^^. Dengan gerak, Ara jadi lebih gampang inget juga sama lagunya, lucu banget kalau denger dia nyanyi sambil coba ikutin gerakan! Manfaat musik banyak loh, selain nambah kosa kata, anak juga bisa belajar tempo (cepat lambat dan gerak sesuai beat musik), atau buat musik sendiri (pukul-pukul galon, tepuk tangan bernada, ketok-ketok panci). Internalisasi karakter juga bisa. Ada satu lagu yang saya karang buat Ara (nyanyinya ikutin iklan pepsodent jaman dulu ya..yang ada kata-kata ”Aku gigi mulut rumahku...”). Lagunya gini:

Aku Ara, riang sifatku
Sholehah dan penyayang, baik rajin dan cerdas
Itulah aku
Panggillah aku si Ara, Arka Mecca Raissa Dharmawan
Ayo kita berteman baik, bermain belajar bersama



Cermin
Oke, perlu diakui, Ara agak narsis. Hahaha.. dia suka ketawa dan senyum-senyum sendiri kalau lagi ngaca. Yah sekalian aja lah ya jadi permainan. Saya pangku Ara, atau dia duduk di depan saya, trus kita main tunjuk-tunjuk anggota tubuh. Ara dan tau hampir semua anggota tubuh sekarang (dari kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, lidah, gigi, pipi, dagu, dahi, alis, leher, udel, perut, tangan, lutut, kaki, dan nama-nama jari).  Bisa juga sambil kita ajak senam, tangan ke atas-bawah/ kiri-kanan/ depan-belakang,  kepala geleng-geleng dan angguk-angguk, dll. Mainan cermin ini juga bisa untuk belajar emosi loh, ubah-ubah aja ekspresi kita sambil sebut nama emosinya dan biasanya apa yang buat kita ngerasain itu. Lama-lama bakal paham kok J



Main basah-basahan
Ara tuh anaknya gampang banget keringetan, jadinya kalau cuaca panas, gampangnya diajak main air aja. Contohnya kayak yang di foto itu. Isi aja ember sama air, cemplungin mainan hewan-hewan lautnya, trus kasih saringan buat tangkep-tangkep. Variasi lain bisa sekalian buat latian tuang-tuang, dan peras-peras pakai spons. Selain untuk latih kemampuan visual motoriknya, dari kegiatan ini Ara juga nambah kosa kata baru kayak apung-tenggelam, tuang-tampung, penuh-kosong, tangkap, cemplung, dan peras. Main basah-basahan lain misalnya siram kebun, sambil sekalian belajar bagian tubuh tanaman. Abis main, basah, mandi deh ^^. Saya belum pernah ajak Ara main hujan-hujanan, tapi kayaknya seru! Beberapa teman saya suka ajak anaknya gitu dan sehat-sehat aja tuh.




Art
Variasi kegiatan art ini bisa banyak banget. Dari corat-coret pakai alat tulis, atau ciprat-ciprat air berwarna, atau buat cap tangan dan cap huruf pakai finger paint. Lebih enak memang pakai finger paint sih, soalnya gampang ilangnya. Saya pernah main pakai pewarna makanan (maksudnya sekalian Ara belajar soal konsep aduk, larut, ciprat) eh tapiiii… ternyata susaaah banget ilangnya. Jadilah itu berapa hari kaki tangan Ara agak kuning ijo gitu.




Susun Balok / Donat Ring & Lego/ Mega Block
Permainan susun balok atau lego ini, selain buat asah keterampilan motorik Ara, juga bisa asah kreativitasnya karena bisa bebas buat apa aja sesuai imajinasi. Bisa aja Ara bilang itu dia lagi buat rumah, pesawat, jerapah, gedung, atau lainnya, walau sekilas sih sama aja cuma tumpukan aja hehehe..  



Main bayangan
Ga sengaja nih awalnya main ini. Waktunya bobo, tapi Ara masih ga mau bobo dan malah nangis karena ga dibolehin keluar kamar. Tiba-tiba kepikiran nyalain lampu hp dan main bayangan deh.  Buat variasi bisa juga eksplorasi bayangan waktu jalan-jalan pagi.



Eksplorasi Dunia Bintang (via flash card, figur 3D, dan field trip
Suatu saat pas Ara usia 10bulanan, Ara liat di tv ada gajah (sebelumnya dia cuma tau dari buku cerita gajahnya itu). Tiba-tiba dia bilang ‘ajah’ sambil nunjuk. Wow, saya kaget juga, karena kan di bukunya itu gajah kartun, sementara di tv itu gajah binatang aslinya. Berarti Ara bisa paham persamaannya ya. Akhirnya saya beliin flashcard binatang-binatang (gambarnya asli, bukan kartun). Ara superrrr excited mainan ini. Dalam waktu seminggu, dia bisa tau hampir 30 binatang (sekarang lebih banyak lagi). Awalnya saya yang bilang “mana zebra?” dan minta Ara nunjuk. Lama-lama makin kompleks “mana yang suaranya mooooo” atau “mana yang hidupnya di air?”, dan dia bisa paham cukup cepat. Tahap lanjutnya lagi, Ara yang sebutin itu binatang apa saat dia ditunjukin gambar tertentu, plus ciri-cirinya (suaranya, makanannya, karakteristik khususnya).  Pengenalan Ara ke dunia binatang tambah luas lewat mainan binatang-binatangan dan field trip ke Taman Safari di Cisarua dan Kuntum Farm Field di Tajur. 






Tumpah ruah
Waktu Ara baru bisa duduk, aktivitas favoritnya dia itu jatuh-jatuhin barang (dan mamanya yang disuruh ambil), sama keluar-masukin barang-barang dari-ke keranjang/ baskom. Sambil main ini, Ara jadi bisa belajar konsep keluar-dalam, banyak-sedikit, dan penuh-kosong. Makin besar usianya, benda yang jadi mainan pun bisa makin variatif dan ukurannya makin kecil, karena Ara sudah makin terampil ambil benda pakai jari jempol dan telunjuknya (biasa disebut pincer grasp). Misalnya masuk-masukin koin ke lubang celengan, atau masuk-masukin bola-bola gabus ke botol. Kalau sudah penuh, ditumpahin lah semua. And repeat!



Sorting games
Mainan ini bisa buat anak belajar untuk mencocokkan dan mengelompokkan benda-benda sesuai kategori tertentu. Ara baru bisa sortir berdasarakan kategori konkrit (warna dan bentuk), karena dia memang sudah tau dan bisa nyebutin hampir semua warna dan beberapa bentuk (lingkaran, kotak, segitiga, segienam, hati, dan bintang). Nanti pelan-pelan bisa latian kategori yang lebih kompleks, misalnya jenis buah/ sayur, binatang air/darat, dll. Masih seputar sorting games, bisa juga beli mainan shape sorter, yang juga ngasah koordinasi mata-tangan.




Sliding games
Awalnya mau beli mainan sliding games, tapi kok ya mahal banget. Maklum deh, sebagian besar mainan Ara hasil kado dari kakek nenek om tantenya, atau dibeliin papanya tanpa pakai uang belanja bulanan (haha mama irit). Jadi saya suka ngerasa agak sayang gitu, dan coba-coba buat sendiri. Pertamanya dari kardus, cuma tahan beberapa hari. Dapat saran dari teman, akhirnya yang terbaru ini awet! Sayangnya, udah mayan effort buatnya, Ara ga terlalu tertarik maininnya, dia ga pernah lama kalau main ini dang a pernah atas inisiatifnya sendiri x__x



Main sedotan & tusuk lidi
Ini juga awalnya main ga sengaja. Papa Ara lagi tidur sementara saya harus kerja. Ara rengek dan malah gangguin saya terus. Akhirnya cari otak supaya dia bisa sibuk sendiri selama beberapa saat. Pas itu dia ambil si wadah pink dan di depan saya ada kotak sedotan. Jadilah mainan baru, ternyata buat dia lumayan seru juga loh! Masih ada sisa sedotan, browsing deh cari permainan lain. Nemu ini. Jadi cotton bud diwarnain pakai finger paint, trus Ara diminta masukin cotton bud ke sedotan sesuai warnanya. Bisa samain warnanya, atau sesuai instruksi "masukin merah ke sedotan hijau". Lumayan gigih juga si Ara buat masukin, karena lumayan susah sebenarnya. Bagus juga sih buat latian motorik halusnya :) 






Cilukba 
Siapa sih yang ga tau cilukba? Tampaknya sederhana ya, tapi ternyata ada manfaatnya juga loh. Permainan ini bisa buat ribuan sel di otak bayi jadi aktif, kuatin attachment bayi dan ortu (karena ga mungkin kayaknya main ini ga ketawa), dan bayi bisa rasakan sensasi waktu nebak-nebak. Bayi pun bisa makin berkembang kemampuan konsentrasi dan permanensi obyeknya (bahwa benda itu walaupun ga keliatan bukan berarti hilang). Bisa divariasiin juga nih. Main cilukba biasa (tangan kita nutupin muka), atau kita sembunyiin barang di bawah sapu tangan (awalnya keliatan sebagian barangnya dan anak liat pas kita umpetin barangnya, baru perlahan-lahan semua bagian barangnya ga keliatan), 




Mengenal transportasi
Ada satu buku Ara tentang transportasi, saya kepikiran buat mainan ini. Tinggal googling gambar pemandangan laut, rel kereta, dan kota, sama gambar-gambar alat transportasi. Print, laminating, dan tempel-tempel deh. Ara jadi sekalian belajar transportasi darat, udara, dan laut.



Permainan fisik
Anak perlu active playtime yang ngasah kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi motorik kasarnya. Waktu Ara mulai belajar merangkak, mainan yang bisa jalan jadi seruuu banget buat dia. Dia mulai ‘ngeh’ kalau dipencet si kura-kura bisa jalan, trus akan coba pencet dan ketawa-ketawa pas liat kura-kuranya jalan, trus coba dikejar deh. Sekarang, dia lagi suka panjat-panjat, lari-larian, naik turun tangga dan kursi, main prosotan, sama lempar dan tendang bola. Kegiatan ini ga perlu aturan macam ’tak jongkok’ atau ’ular naga’, jadi malah bebas sebebasnya untuk nyalurin energi. Pernah dua kali saya ajak ke tempat main yang di mall, tapi mahal euy. Alternatifnya, bisa susun-susun barang-barang di rumah buat jadi semacam halang rintang (panjat kursi à turun à masuk kolong meja à naik tangga à lari ke kamar à ambil boneka di kasur dan lompat-lompat tanda berhasil!). Kalau Ara biasa main begini di rumah eyangnya, karena punya toko dan ada banyak tumpukan kardus ^^








Art & Craft 
Step 1: siapin bahan-bahan pakai apa yang ada di rumah (beras, jagung, kacang ijo, kapas, sedotan, gabus warna, atau kancing).
Step 2: buat gambaran dan kasih double tape.
Step 3: buka double tape terus kasih contoh ke Ara kalau gambarnya lengket jadi bisa ditempel-tempel
Step 4: biarin Ara tempel-tempel. Awalnya satu-satu abis itu ga sabar langsung dituang hehehe
Step 5: jadi deh!
Selesai gambar pertama eh Ara minta lagi. Pas ditanya mau gambar apa dia bilang
"tik tik tik bunyi ujan..pakai payung.." dibuatin deh. terus sambil nempel dia ngoceh sendiri "awannya putih...baju pink.." lumayan lama bisa fokus dia. Ara kayaknya jauh lebih suka ini daripada pas fingerpaint. Satu hal yang harus hati-hati supaya alat-alatnya ga ada yang dimakan atau dimasukin hidung, secara kecil-kecil gitu kan. Tapi kata dsa-nya Ara, kalau anak dah lancar ngomong, biasanya sudah jarang masuk-masukin objek ke mulut. Hm.. bener juga sih. Ara dah lebih jarang jilat-jilat sejak kurang lebih waktu dia umur 15bulan...



Itulah dunia bermain Ara... nanti kalau ada permainan-permainan baru di post lagi yaa...
Selamat mencoba!