Dari awal menikah, saya dan suami memang ingin punya dua
orang anak. Saat Ara sudah usia 3 tahun, kami pikir ini saat yang tepat untuk mulai
program kehamilan. Pertama, Ara sudah disapih, sudah lumayan mandiri, bisa main
dan menyibukkan diri sendiri (tidak melulu harus ditemani), serta mulai bisa sharing. Dia juga sudah punya pengalaman
sosialisasi di luar keluarga (Ara mulai masuk kelompok bermain), jadi ga lagi
terlalu nempel mamanya. Kedua, jika sesuai rencana, saat adiknya lahir jaraknya
sekitar 4 tahun. Kami bisa dibilang sengaja ‘menghindari’ jarak 3 tahun biar
pas sekolah nanti ga pusing sama uang pangkal karena masuknya berbarengan (pengalaman
saya dan kakak ^^). Alhamdulillah, tak lama setelah program, saya positif
hamil.
Buat orangtua, kelahiran anak tentu jadi momen yang
menyenangkan dan dinanti-nanti. Tapi buat anak yang lebih tua dan akan jadi
kakak, ini bisa jadi suatu perubahan yang membingungkan. Di satu sisi mereka
mungkin mengagumi dan menyayangi adiknya, serta takjub mengamati proses dari
adik di perut sampai benar-benar bisa mereka lihat. Tapi mungkin juga ada
saat-saat mereka merasa cemburu atau kesal. Bagaimanapun juga, kehadiran adik
membuat perubahan besar dalam dinamika keluarga. Rutinitas jadi berbeda, perhatian
dan waktu untuk bermain dengan mereka menjadi berkurang.
Kecemburuan kakak ke adik
baru rasanya sih ga bisa dielakkan ya (analoginya, bayangin suami atau istri
kita punya pasangan baru dan semua orang mengaguminya), bahkan jika sang kakak sendiri
yang meminta pada orangtua untuk punya adik (tapi kalau ini sih ga bakal ada
yang request suami atau istrinya
punya pasangan baru yah hihi). Namun bisa kok diminimalisasi. Ini yang mau saya
share di tulisan ini, cerita tentang apa
yang saya dan suami coba lakukan untuk menyiapkan Ara menyambut kelahiran
adiknya.
Selama
Masa Hamil
Persiapan pertama, kasih
tau Ara kalau dia akan jadi kakak, kalau di perut saya sedang ada adik. “Nanti makin lama adik akan makin besar, dan
perut mama akan semakin besar. Terus lahir deh. Dulu Ara juga di perut mama
loh..” Kapan sebaiknya kakak dikasih
tau? Kurang lebih memasuki trisemester dua, di saat resiko keguguran sudah
menurun. Saat ini pun perubahan tubuh ibu sudah mulai terlihat, jadi anak lebih
mudah paham, dan nunggunya pun ga terlalu lama sampai adik lahir. Apalagi kalau
kakaknya masih usia toddler / preschooler,
dikasih tau mau punya adik bisa-bisa dipikir saat itu juga (atau besok) hehehe…
Ara pernah komentar “Kenapa sih ma adik
ga lahir-lahir? Kan di dalam ga ada mainan..Adik boleh kok pinjem mainan Ara..”
Persiapan kedua, Ara mulai pisah kamar dengan saya dan
suami. Ini dari jauh-jauh hari sebelum adik lahir, biar ga kesannya dia ‘diusir’
karena adik lahir. Kami mulai ajak Ara untuk pilih hiasan kamarnya, dan
pelan-pelan pindah tidur disana (masih saya temani sih, sampai sekarang juga). Pukpuk
suami yang jadi sering tidur sendirian hee…
Persiapan ketiga, baca-baca buku cerita seputar kelahiran
adik, biar mulai kebayang situasinya. Diceritain kalau adik nanti lahir, belum
bisa langsung diajak main. Mungkin berisik, karena adik baru bisa nangis, mau
apa-apa pasti nangis. Belum bisa makan minum, baru bisa nenen. Terus kita
tekenin deh, “nanti kakak Ara ajarin
yaaa.. dulu kan Ara juga gitu, apa-apa nangis, blm bisa ngomong, blm bisa makan
sendiri, blm bisa jalan.. tapi lama-lama bisa. Nah nanti bantuin mama papa
ajarin adik yah” Oh iya, sama
dibilangin, karena adik baru bisanya sedikit, jadi masih akan butuh banyak
bantuan orang dewasa dan akan sering digendong.
Persiapan keempat, kami ajak Ara untuk ikut memilih nama
adiknya. Waktu itu kami nanya ke Ara, kalau di antara nama Farabi, Yoda,
Yudhistira, Abimanyu, Ara suka siapa. Dia pilih Yoda. Udah dibilang “Oh oke.. Ara suka nama Yoda ya. Tapi belum
pasti loh ya ra.. masih milih-milih dan cari-cari lagi..” Tapi Ara kekeuh dan ini bertahan sampai
menjelang lahir. “Pokoknya harus Yoda ya
ma!” Akhirnya beneran deh.. adiknya Ara namanya Aksara Langit Yoda
Dharmawan, dipanggil Yoda.
Persiapan kelima, waktu perut saya makin besar dan udah
mulai gerak-gerak, saya sering ajak Ara untuk pegang dan ngomong ke adik.
Pernah juga diajak ikut ke dokter pas kontrol, supaya lebih real dan kasih Ara waktu untuk mencerna kalau
adiknya beneran ada.
Persiapan keenam, ajak Ara milih baju, mainan, dan
barang-barang dia yang bisa dan boleh dipakai sama adiknya.
Setelah Lahir
Sebagian anak waktu ada adik baru lahir, bisa terjadi
regresi (perkembangannya tampak mundur, misal yang tadinya sudah ga ngompol
atau sudah berhenti ngemut jari jadi begitu lagi). Atau ada yang jadi agresif
ke adiknya. Kalau Ara? Perubahan yang keliatan itu, dia terkadang jadi ngomong
ala bayi lagi, agak cadel gitu (entah kenapa, padahal kita juga ga baby talk ke Yoda). Terus ga mau pergi
kemana-mana kalau mamanya ga ikut. Dan yang jelas jadi suka cari perhatian,
lebih demanding dan suka tiba-tiba
rewel ga jelas. Pura-pura kaki atau badannya sakit lalu merengek, padahal ga
ada apa-apa.
So.. what do we do?
Kalau untuk urusan baby talk-nya Ara, kita diemin aja. Pas
Ara begitu, kasih tau “ngomong biasa aja
Ra.. kan Ara sudah bisa ngomong jelas.” Kalau masih lanjut, ga kita
tanggepin omongannya selama seperti itu.
Untuk urusan cari
perhatian, nah ini yang agak sulit dan suka buat geregetan (walau sesuai
ekspektansi tetap aja ngadepinnya mesti stok sabar). Beberapa cara yang saya
dan suami coba lakukan:
Buat Ara senang
Kasih Ara kado juga, supaya
ga terlalu jealous liat Yoda dapat
banyak hadiah. Senang deh dia dapat baju dan buku baru.
Libatkan Ara dalam pengasuhan
Yoda
Jadi saat saya gantiin popok atau mandiin, atau nenenin, dia tetap bisa
dekat saya. Biasanya saya minta tolong dia untuk ambilkan baju, popok ganti,
minyak telon, atau tissue. Kalau lagi massage
Yoda, Ara boleh ikut pijit-pijit (walau suka deg-degan takut terlalu
kencang). Atau pas lagi nenenin, Ara suka ikut pijit payudara saya (katanya
biar air susunya lebih cepat keluar hehe). Kalau lagi mau ke kamar mandi, minta tolong Ara untuk jagain dan kasih tau misal Yoda nangis. Kita juga ga ngelarang Ara kalau dia
mau sentuh atau gendong Yoda, biar dia merasa dipercaya dan dilibatkan. Cuma ya
memang harus tetap diawasi…
Pertahankan rutinitas sebisa mungkin
Alhamdulillah karena kemarin lahiran normal,
pemulihan terbilang cepat. Seminggu saya sudah bisa lancar jalan, berdiri,
jongkok, dan sudah bisa nyetir. Jadi saya bisa antar / jemput Ara ke sekolah,
Yoda ngikut tapi di mobil aja. Kalau lagi riweh banget baru pakai uber/ taksi.
Untuk rutinitas harian, mandi masih sama saya, begitu juga tidur masih saya
temani. Nah tapi susahnya kalau tidur malam ini. Ara selalu minta dikelonin,
dan suka ga bolehin saya nenenin Yoda walau udah nangis-nangis. Sampai pernah
saya yang hilang kesabaran “Ra, kalau
Aranya main terus ga bobo-bobo, mama nenenin adik ya. Kalau mau mama nemenin
Ara, ayo bobo. Ga usah main main lagi”. Suami saya yang ingetin untuk ubah
cara bicara, biar ga kesannya nenenin adik itu jadi seperti hukuman untuk Ara. Nanti
malah jadi bete dia sama Yoda. Uuppss.. maaf ya ra… sumbu sabar mama lagi jadi
agak pendek nih memang huhuhu...
Ara sudah besar ya!
Kalau mau request Ara sesuatu, misal makan sendiri
tanpa nonton atau beresin mainannya, kita tekankan itu karena memang dia sudah
besar, bukan karena dia sudah jadi kakak. Makanya kita suka ga setuju kalau ada
yang ngomong ke Ara “ayo dong makan
sendiri. Kan udah jadi kakak, malu nanti sama adiknya.” Menurut kita
perkataan seperti ini bisa memicu kekesalan “ih
gara-gara ada adik jadi makin harus ini itu.” Jatohnya banding-bandingin, padahal ini yang
mau dihindari. Daripada itu, mending memang kita fokus ke Aranya aja. Arti
besar yang kita ajarkan “sudah bisa makan
sendiri ga disuapin, mandi sendiri, tidur sendiri, beresin mainan sendiri, mau
salam dan menyapa jika bertemu orang lain.” Kita jelasin juga kalau dia
bisa melakukan hal-hal itu, artinya sudah bertambah besar dan boleh mendapat
lebih banyak hak juga, seperti boleh nambah snack,
waktu nonton lebih lama, dan bisa naik lebih banyak jenis-jenis permainan kalau
ke timezone atau tempat main lainnya.
Tumbuhkan rasa bangga
sebagai kakak dan rasa sayang ke adik
Kalau Yoda melakukan sesuatu yang lucu,
kita bilang “hihihi siapa dulu dong
kakaknya”. Kalau Ara bersikap manis, misal saat Yoda bangun dia menyapa “hai Yoda..ini kakak Ara!!” kita puji
dia “wah kakak Ara baik sekali…sayang
adik ya”. Kita juga suka nyanyi lagu-lagu tema keluarga dan ubah sedikit
kalimatnya. “Satu-satu, Ara sayang mama.
Dua-dua, Ara sayang papa. Tiga-tiga, sayang adik Yoda.. satu dua tiga…sayang
semuanya…”
Quality time
Tetap sediakan waktu main
sama Ara, waktu adiknya lagi tidur dan lagi bangun. Ini supaya Ara ga mikir
kalau mama papanya baru mau main sama dia kalau adiknya bobo aja. Pas adiknya
bobo, kita juga ga terlalu minta Ara untuk diam biar Yoda ga kebangun. Dia
boleh main seperti biasa, tapi kita minta supaya ga sengaja ganggu Yoda (misal
sengaja dikitik-kitik atau diuyel-uyel). Ini juga sekalian latian biar Yoda ga
terlalu sensitif. Susah juga kalau suasana rumah harus selalu tenang biar dia
bisa tidur.
Waktu Yoda umur dua minggu dua hari, bertepatan sama acara family day di sekolah Ara. Tadinya mikir Ara datang sama papanya aja, tapi akhirnya kita putuskan untuk datang berempat walau ga sampai selesai. Yang penting Ara happy, dan dia ga merasa dinomorduakan. She knows we make an effort for her.
Perlu juga quality time sama Ara berdua atau bertiga aja sama papanya, tanpa Yoda. Minggu lalu sempat ajak Ara ke pasar malam. Yoda ditinggal di rumah omanya, ditinggalin asip. Ara keliatan senangggg sekali. Kita jadi trenyuh liatnya.
Perlu juga quality time sama Ara berdua atau bertiga aja sama papanya, tanpa Yoda. Minggu lalu sempat ajak Ara ke pasar malam. Yoda ditinggal di rumah omanya, ditinggalin asip. Ara keliatan senangggg sekali. Kita jadi trenyuh liatnya.
.
.
.
Sampai tulisan ini dibuat,
rengekan-rengekan Ara yang ga jelas masih berlangsung. Dia juga sepertinya
masih gundah dan mix feelings ke
Yoda. Baru aja tadi siang saya ajak ngomong, saya yakinkan lagi bahwa walaupun
waktu saya atau papanya mungkin berkurang untuk dia karena ada adik, tapi rasa
sayangnya ga akan berubah. We love you
both so much!!!
Pas Yoda lebih besar nanti,
pasti akan ada kejadian-kejadian berantem antara Ara dan Yoda yang buat elus
dada dan kepala spaneng. Akan mulai terdengar komen-komen “It’s not fair!” atau pengaduan-pengaduan “mama…..adik gini nih…” atau “kakak
duluan kok yang mulaii…” tapi itu
masalah nanti. We deal with it later haha
Untuk sekarang, karena Yoda
masih piyik dan masih mau sama siapa aja, perhatian saya dan suami lebih condong
ke Ara, untuk bantu dia menghadapi salah satu adjustment terbesar dalam hidupnya.You can do it, Ara!!
No comments:
Post a Comment