Makanan dilepeh? Mulut mingkem? Makanan diemut lama? Porsi makan sedikit?
Hmmm.. ini masalah yang sering saya alami sejak Ara 10.5 bulan. Padahal waktu awal-awal mpasi bisa dibilang lancar..doyan segala macam makanan. Eh terus jadi angot-angotan. Berat badannya pun jadi stuck. Sampai dia umur 13 bulanan bisa dibilang ga naik, berkisar di 9kg. Padahal dari baca-baca, katanya usia 1 tahun minimal 3x berat badan lahir (Ara lahir 3,5 kg).
Sempet bingunggg banget, karena tiap jam makan yang ada sayanya yang frustrasi. Sudah coba variasi makanan, tetap aja rasanya si Ara malas makan. Sebenarnya sih mau makannya mau, jenis makanan yang Ara makan udah banyak. Karbohidratnya bisa nasi, oatmeal, kentang, jagung, bihun, misoa. Proteinnya bisa ayam, daging, lele, salmon, kakap, ikan dori, ati ayam, tahu, tempe. Sayur pun dia doyan, brokoli, buncis, labu, bayam, wortel. Buah yang awalnya sulit, akhirnya lama-lama suka (pisang, alpukat, apel, pepaya, tomat, semangka, strawberry, pir, buah naga), terutama kalau di jus.
Masalahnya Ara itu lebih ke porsi makan. Dalam sehari, bisa loh dia cuma makan 10 suap. Kadang sampai saya buatin 4-5 jenis makanan, dan bahkan saya tambahin garam (padahal harusnya sebelum 1 tahun no salt no sugar) tetap aja seperti ga ada nafsu makan. Dan ini berlangsung pernah sampai 1 minggu lebih. Akhirnya mulai itu mamanya 'ngalah' dengan nyetel televisi selama jam makan (karena saya pribadi lebih milih itu daripada makan sambil jalan-jalan). "Ara mau nonton tv? Hap dulu..." kalimat ini cukup efektif walaupun ga selalu mempan juga. Di teori pembentukan perilaku, ini namanya "Premack principle". Hal yang disenangi dijadikan reward untuk buat anak mau melakukan hal yang kurang disenangi. Banyak variasinya, contoh "Ara mau ikut mama jalan-jalan naik mobil? Beresin mainannya dulu ya, kalau sudah rapih baru kita pergi." Untuk anak yang sudah lebih besar, misalnya "Kakak mau bonus waktu main komputer 30 menit? Nanti di wiken kamu boleh main lebih lama, tapi pas wikdeys tiap bangun pagi kamu mesti beresin tempat tidur sendiri ya."
Apa bedanya sama bribery? Buat saya, kalau bribery itu ketika kita kasih reward supaya anak mau melakukan hal yang sebenarnya kurang baik secara moral. Misalnya, "Dek, jangan bilang papa kalau tadi mama yang pecahin cangkir papa ya. Bilang aja tadi kesenggol sama si meong. Nanti mama beliin es krim deh. Ok?" Itu baru penyuapan. Kalau Premack principle, itu salah satu bentuk pembelajaran ke anak bahwa untuk dapat hak, harus ada usahanya dulu, kewajibannya harus selesai dulu. Sama seperti kerjaan orang dewasa. Mau dapat gaji? Ya kerja dulu. Untuk bentuk suatu perilaku positif, kadang anak memang butuh dorongan. Kadang kita pun lebih termotivasi kerja kalau tau ada hadiah atau penghargaannya kan? Sifat dasar manusia, kita cenderung akan mengulangi suatu perbuatan kalau itu berdampak positif atau ada untungnya bagi kita. Soal pembentukan perilaku dan disiplin anak usia dini akan saya bahas lebih detail di post yang lain ya..
Balik ke soal makan. Akhirnya saya konsul ke dokter gizi Prof. Dr. Damayanti, di RSIA Hermina Jatinegara. Setelah saya cerita soal Ara, ini saran-saran yang beliau kasih.
Tetapkan batas waktu dan jadwal makan
Batasi waktu makan hanya 30 menit, habis ataupun tidak habis. Tidak perlu dipaksa makan, tawarkan aja dan dekatkan makanan ke anak. Kalau dalam 30 menit ga mau makan, stop dan bereskan piringnya. Kalau sudah 30 menit Ara masih mau makan pun, tetap di stop. Buat jadwal makan yang teratur. Ini jadwal yang beliau buatin untuk Ara :
- 06.00 ASI
- 08.00 makan pagi
- 10.00 snack
- 12.00 makan siang
- 14.00 ASI
- 16.00 snack
- 18.00 makan malam
- 20.00 ASI
Kalau misalnya Ara nolak makan di jadwal makannya, saya ga boleh kasih dia makan lagi sampai di jam makan berikutnya. Misal Ara ga mau makan pagi, berarti ya dia baru akan makan lagi jam 10.00, dan itupun makannya tetap snack, bukan makan yang disiapin untuk makan pagi tadi. Seandainya Ara lagi tidur di waktu makan, bangunkan aja. Kata beliau, lebih baik siang tidurnya sedikit tapi malam lelap dan ga kebangun-bangun, karena saat itulah (terutama jam 11 mala-2 dini hari) hormon pertumbuhan bekerja.
Anak lebih perlu karbo, protein dan lemak
Pas saya cerita kalau Ara suka sayur dan kadang lebih milih sayur daripada daging, dokter Damayanti bilang "suka sayur dan buah itu bagus, tapi anak-anak itu lebih butuh karbohidrat, protein, dan lemak karena masih masa pertumbuhan. Jadi jangan terlalu senang lihat anak kecil hobi makan sayur buah, mesti lihat juga kebutuhannya. Jangan disamakan dengan orang dewasa yang memang perlu jaga kolesterol dan asam urat."
Untuk kasus seperti Ara yang porsi makannya sedikit, bisa diakali dengan tambah lemak ke dalam makanan. Jadi boleh banget anak dikasih makanan bersantan atau berminyak (tapi Ara kalau gorengan harus goreng sendiri, beberapa kali beli makanan gorengan di luar langsung batuk-batuk. Oke juga nih alarm tubuhnya dia hehe). Seandainya Ara ga alergi susu sapi, makanan yang banyak kandungan susu atau keju juga oke. Pilih snacknya juga yang agak berat seperti kroket atau arem-arem. Oia, kata dokternya, sekecil Ara pun sudah boleh loh dikasih pedas kalau anaknya mau, siapa tau malah lebih lahap (tapi ternyata Ara ga doyan pedes sih, dikasih lada aja ga mau dia).
Konsisten
Kalau sampai anak masih ga mau makan berhari-hari, tetap aja konsisten dengan aturan makannya karena anak perlu belajar tentang konsep lapar. Pada dasarnya anak ga akan kok membuat dirinya kelaparan. Ga perlu juga sampai buat 4-5 macam jenis makanan dalam satu hari. Anak juga perlu belajar untuk menghargai apa yang sudah disiapkan, supaya tidak sia-siakan makanan dan mamanya pun ga cuma direpotkan dengan urusan makanan. "Eat or starve" istilah salah satu teman saya yang dia terapin ke anaknya.
Selain konsul ke Dr. Damayanti, saya juga browsing tentang anak yang susah makan dan sharing sama beberapa teman. Ini beberapa hal yang saya pelajari.
Meal time = fun time!
Intinya, buat waktu makan itu waktu yang menyenangkan. Jangan suka paksa anak makan, kalau ga mau ya sudah. Ini penting supaya anak melihat waktu makan itu secara positif, bukan negatif. Pernah ada teman cerita, keponakannya (2 tahun) jadi ga mau makan sama sekali karena sering dipaksa. Jadi si anak ini hanya minum susu dan jus aja selama berbulan-bulan. Walah, malah tambah repot ya kalau sampai gini.
Ingat kalau kebutuhan anak berbeda dengan kita
Ajari anak tentang konsep lapar dan kenyang. Ketika dia minta makan, bilang kalau itu artinya dia lapar dan tubuh perlu asupan supaya bisa berenergi lagi. Nah, kalau anak sudah bilang kenyang (atau kasih tau dengan bahasa tubuhnya), hargai itu. Seringkali, orang dewasa bilang "kok makannya sedikit sih? Memangnya kenyang?" padahal mungkin bagi anak itu sudah cukup. Kalau kita maksa anak untuk ikuti mau kita, kita malah jadi ajari anak untuk tidak percaya/ cuek dengan sinyal tubuhnya sendiri. Padahal ternyata itu bagian dari regulasi diri loh. Jadi lebih baik ambil makan dikit demi sedikit, kalau habis dan masih mau baru tambah lagi. Ada satu perkataan teman saya yang buat mikir, intinya begini "anak kecil tuh kasian banget. waktu kecil disuruh makan banyak. Kalau makan banyak ditepokin, orang tua senang kalau anak makan lahap dan gemes kalau anak chubby. Tapi nanti kalau sudah gede, anak doyan makan malah disuruh ngerem, dibilang gendut. Padahal dulu siapa juga yang nyuruh makan banyak?" hm.. ya benar juga ya?
Anak punya selera sendiri
Untuk menu baru, buat aturan 'coba harus, suka tidak suka pilihan'. Ara tuh beberapa kali nolak makan di awal, eh giliran saya berhasil buat dia nyoba satu suap malah minta lagi hehe.. Seringkali, penolakan anak untuk cicip menu baru itu ternyata karena takut dipaksa habiskan. Ingat kalau apa yang buat kita enak belum tentu sesuai sama selera anak. Oia, bisa jadi GTM (gerakan tutup mulut)-nya si anak itu karena dia mau naik tesktur, bosan sama makanan lembut terus. Apalagi kalau sudah tumbuh gigi (Ara itu mulai tumbuh waktu usia 4.5 bulan, 1 tahun sudah ada 10, sekarang 17bulan sudah ada 16). Ara makan nasi tim dari umur 8 bulan, 11 bulan mulai makan nasi biasa walau masih sering dicampur kuah supaya agak lembut.
Makan bersama
Katanya, anak akan lebih semangat makannya kalau waktu makan dijadikan waktu bersama keluarga. Duduk satu meja sama-sama, dan kasih anak pegang alat makannya sendiri (bahkan kadang maunya pakai peralatan makan punya mama papanya ya gpp). Apalagi kalau makanannya sama dengan apa yang dimakan mama papanya, berasa jadi anak besar dia hehe. Sejak 1 tahun Ara sudah makan menu keluarga sesuai apa yang saya makan. Kalau soal cara makan, Ara sampai sekarang sih masih saya suapin, tapi saya selalu sediain satu piring isi makanan yang bisa dia ambil / sendok sendiri. Berantakan? Pasti. Kadang juga dia sengaja lempar makanan atau tumpahin minuman ke lantai, seru buat dia. Elus elus dada aja deh kalau lagi begitu. Kalau ga mau terlalu repot bersihin, bisa pasang koran di bawah kursi makannya.
Ajak anak belanja dan lihat proses masak
Nah kalau yang ini memang sudah saya lakukan. Supaya Ara lebih suka sama makanan, saya suka ajak dia belanja ke supermarket atau pasar, pilih-pilih bahan makanannya, dan lihat proses buatnya. Ajak ke dapur, lihat pas lagi potong-potong terus digoreng atau direbus. Kadang boleh lah dia ikut aduk-aduk. Teman saya bahkan selalu ceritain ke anaknya apa sih yang dia makan, cara buatnya seperti apa dan kandungannya apa. Kata dia, anak itu seperti konsumen dan kita itu seller, dia berhak tahu apa yang dia konsumsi. Kasih lihat ke anak bahwa makanan yang kita kasih itu enak, hiperbolis sedikit gpp lah. Ini juga artinya, apa yang kita kasih ke anak dan kita mau anak makan, ya kita juga harus mau. Mau anak doyan sayur? Ya kita juga harus contohin perilaku makan sayur.
Variasi jenis dan bentuk makanan
Supaya anak ga cepat bosan, teman saya kasih saran untuk kasih menu yang berbeda untuk makan pagi-siang-malam dibedakan. Jadi ada hari-hari tertentu untuk masak, buat sekalian beberapa jenis makanan. Misal nih masak 3 macam: semur, lodeh, dan sop buntut. Kalau dulu, saya akan kasih semur untuk makan pagi-siang-malam di hari yang sama, baru besok ganti menu. Tapi kalau sekarang saya selang-seling. Pagi semur, siang lodeh, malam sop buntut. Cara lain juga bisa variasi bentuk makanan pakai cetakan, supaya lebih lucu dan menarik buat anak.
Saya coba olah semua informasi itu dan dipraktekkan, dan ternyata lumayan berhasil! Saya ga gitu saklek dengan jadwal makannya sih, kadang lewat atau maju dari jadwal. Apalagi sekarang jadwal tidur Ara lagi bergeser, dan kadang saya yang butuh 'me time' untuk kerja pas dia tidur (jadi sengaja ga saya bangunin x_x). Tapi untuk batas waktu makan 30 menit itu saya benar-benar konsisten. Sekarang Ara tau kalau memang dia ga mau makan di waktu makan, ya harus nunggu waktu makan berikutnya. Saya juga sudah ga terlalu frustrasi lagi kalau Ara ga mau makan, percaya bahwa Ara tahu kebutuhan tubuhnya sendiri. Alhamdulillah berat badannya sudah mulai merayap naik. Sekarang di usia 17 bulan, 4 bulan setelah konsul ke Dr. Damayanti, berat Ara sekitar 10 - 10.5 kg. Kata dokter anaknya Ara (Dr. Herbowo Soetomenggolo, RSIA Hermina Jatinegara), normal untuk anak di atas 1 th kalau kenaikan per bulannya 250-300 gr. Anak seumur ini memang lebih fokus eksplorasi dunia sekelilingnya, sehingga kadang memang keasikan main dan menganggap makan itu aktivitas yang 'menganggu' waktu bermain.
Rindu sih pipi tembemnya Ara, sekarang dia sekilas memang tampak kurus. Tapi saya coba fokus sama positifnya saja. Pesan penting dari dokternya, selama tumbuh kembang anak baik dan sesuai tahap perkembangan, terus anaknya aktif dan sehat, jangan terlalu khawatir dengan berat badan ^^
Hai mbak, mau tanya pas konsul ke dr. Damayanti usia ara brp ya? Pemberian asinya on demand / gmn? Anak sy sedang gtm usia 8 bulan. Biasanya kl mkn sejam. Skrg lg susah malah tiap saat saya kasih. Huhu takutnya malah jadi trauma.
ReplyDeleteMbak makasih ceritanya, anak saya lg dakam tahap susaaaah banget makan dan BBnya stuck segitu2 aja, DSA nya menyarankan untuk konsul ke dr damayanti, sepertinya saya akan bulatkan tekad untuk konsul ke dr damayanti. TrriTe kasih
ReplyDelete